Di Bawah Rumah Panggung, Sidrap Gaungkan Standardisasi dari Akar Rumput

Notifedia.com, Sidrap — Semilir angin menari di antara tiang-tiang kayu rumah panggung khas Bugis. Di kolong rumah milik warga, yang biasanya jadi tempat anak-anak bermain atau warga berteduh dari terik

Hari ini berubah menjadi panggung bagi sebuah peristiwa penting  penandatanganan MoU strategis antara Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) dan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim (BBSPJIHPMLM). Rabu, (7/5/25).

Tanpa podium mewah atau pendingin ruangan, Wakil Bupati Sidrap, Nurkanaah, dan Kepala BBSPJIHPMLM, Shinta Virdhian, duduk berdampingan.

Di hadapan mereka, masyarakat Desa Cenrana menjadi saksi langsung lahirnya kesepakatan untuk mendorong industri lokal naik kelas lewat standardisasi dan layanan jasa industri.

“Ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah cara kami menyatakan bahwa pembangunan harus dirasakan sampai ke akar rumput,” ujar Nurkanaah sambil menoleh ke arah deretan kebun dan pabrik batu sederhana yang membentang di kejauhan.

Lokasi yang dipilih bukan tanpa alasan. Di wilayah Dusun I Pakkasaloe itu, potensi hasil perkebunan dan tambang rakyat berlimpah namun belum sepenuhnya terstandardisasi. Nurkanaah menyebut,

“Kita ingin agar masyarakat tahu bahwa mereka bagian dari solusi. Bukan sekadar objek pembangunan.”

Shinta Virdhian menyambut hangat pendekatan ini. Ia menyebut inisiatif tersebut sebagai bentuk keberanian birokrasi untuk turun dari menara gading.

“Kami datang ke desa, melihat sendiri potensinya, dan kami siap mendampingi warga dalam mengelola potensi itu menjadi industri bernilai tambah,” tuturnya.

Kesepakatan ini meliputi pelatihan teknis, pengujian mutu, sertifikasi produk, pengembangan bisnis, hingga pemantauan lingkungan dan aspek jaminan halal. Semua akan diturunkan dalam rencana kerja tahunan yang realistis dan partisipatif.

Penandatanganan ini juga disaksikan oleh jajaran perangkat daerah, mulai dari pejabat dinas terkait hingga aparat kecamatan dan desa.

Mereka tidak hanya menjadi pengiring, tetapi juga penggerak.
Dari sebuah kolong rumah sederhana, langkah besar itu diambil.

Sebuah pesan tersirat kuat, industrialisasi tak harus selalu dimulai dari kota. Di Lupperengnge, pembangunan dimulai dari tanah tempat rakyat berpijak.